Urban ekologi monyet ekor panjang
Beberapa
minggu yang lalu, pemberitaan tentang monyet ekor panjang yang
menyerang penduduk desa di Jawa Timur cukup ramai. Monyet-monyet ekor
panjang memang seringkali dijumpai di habitat manusia ataupun kawasan
yang dibangun oleh manusia, dan memang sepertinya juga sudah “coexist”
dengan manusia. Selain karena tempat hidupnya hilang di alih fungsikan,
perilaku kita sebagai manusia kadang membuang sampah sembarangan juga
mengundang datangnya monyet-monyet ini. Kasus di sidoarjo Jawa timur ini
sangat mungkin terulang lagi dan mungkin juga lebih parah, karena
banyak tempat di Indonesia menjadi distribusi monyet ekor panjang (1).
Monyet-monyet ini juga telah di laporkan menyerang lahan penduduk di
berbagai tempat di Jawa, dan menjadi hama bagi hutan tanaman industry di
Sumatra. Tidak lagi di hutan yang susah di jangkau manusian, melainkan
di kawasan urban , monyet-monyet ini tinggal. Banyak
lokasi wisata juga menggunakan icon species ini sebagai daya tariknya,
monkey forest park di ubud salah satu yang terkenal dengan monyetnya,
menurut catatan pengelola tentang jumlah individu yang ada di tempat
ibadah (pura) ini mengalami trend peningkatan 2 kali lipat dibanding
tahun 1999, saat ini ada sekitar 500 an individu(4). Terlepas
dari apakah juga ada catatan tentang agresifitas monyet terhadap
pengunjung atau tidak, potensi konflik antara monyet dan manusia tentu
akan meningkat seiring dengan meningkanya kompetisi antar idividu, setidaknya untuk mendapatkan sumber pakan dan tempat berlindung. Pemberian pakan juga banyak dilakukan kepada monyet-monyet ini dengan berbagai alasan spiritual ataupun hiburan yang menarik, semakin mendekatkan kontak antara manusia dan monyet-monyet ini secara langsung. Coexistence
antara manusia dan monyet belum banyak yang meneliti di wilayah
Indonesia yang merupakan sebaran terluas dari monyet ekor panjang .
Beberapa studi telah melaporkan bahwa ada transfer penyakit antara
monyet dan manusia atau sebaliknya , seperti malaria , rabies, dan
herpes. (2,3).
Literatur
0 komentar:
Posting Komentar